Senin, 24 Oktober 2016

Perpustakaan Kodam Pernah Menjadi Pusat Sumber Dokumentasi Aceh



Perpustakaan sebagai lembaga penyedia ilmu pengetahuan dan informasi mempunyai peranan yang signifikan terhadap lembaga induk serta masyarakat penggunanya. Untuk tujuan tersebut, perpustakaan juga perlu merealisasikan misi dan kebijakannya dalam memajukan masyarakat dengan mempersiapkan tenaga pustakawan yang memadai, koleksi yang berkualitas serta serangkaian aktifitas layanan yang mendukung suasana pembelajaran yang menarik. Perkembangan perpustakaan pada era masyarakat informasi telah dimanfaatkan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, dan pelestarian khasanah ilmu pengetahuan..
 Berdasarkan pengalaman peneliti saat melakukan penelitian di perpustakaan Kodam, Menurut keterangan dari narasumber yaitu Bapak Kapten cpr Aminoto  dan Bapak Mayor Irwandi Basuki perpustakaan kodam dibangun setelah bencana tsunami menimpa Aceh pada tahun 2004. Perpustakaan ini kembali mengalami kemajuan mulai tahun 2005 dan terus berkembang pesat hingga 2007. Pada tahun 2006 perpustakaan ini merupakan sumber dokumentasi karena pada masa itu perpustakaan kodam memiliki koleksi buku terlengkap tentang pengetahuan dan sejarah Aceh.
Perpustakaan merupakan gudang ilmu dan jendela dunia. Tanpa perpustakaan akan sulit atau bahkan mustahil mencari ilmu karena perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Seiring dengan berkembangnya teknologi saat ini kita dapat dengan mudah mengakses informasi yang kita butuhkan melalui internet. Namun, informasi yang kita dapatkan di internet kadang sumbernya tidak jelas.
Perpustakaan yang berdiri di bawah pimpinan Bintaldam yang bekerja sama dengan perpustakaan rindam, kodim, dan korem ini tercatat memiliki 3.900 buku dan sekitar 2.000 majalah, serta terdapat 3000 kaset dan CD yang menjadi dokumentasi Aceh yang salah satunya CD tentang asal mula terbentuknya dunia. Sistem pelayanan perpustakaan yang dimiliki perpustakaan kodam antara lain layanan interen dan eksteren. Layanan interen merupakan pelayanan yang khusus melayani keanggotaan seperti PNS dan tentara pada jam dinas, sedangkan layanan eksteren merupakan pelayanan yang melayani masyarakat umum.  layanan yang diberikan itu seperti peminjaman buku dan ruang baca. Batas waktu yang diberikan untuk peminjaman buku di perpustakaan ini maksimal dua minggu. “Dulu proses peminjaman lengkap dengan  petugas dan kartu-kartu namun di karenakan banyak anggota yang pindah dalam proses pendataan mengakibatkan perpustakaan ini berjalan tanpa ada orang yang mengerti tentang perpustakaan” ujar salah satu narasumber.
Program yang dijalankan di perpustakaan kodam sesuai komando atas: protab tw (perawatan  pemeliharaan perpustakaan). Jika ada buku yang masuk, pustakawan wajib melapor ke atasan dan memberi nomor klasifikasi. Selain itu, pustakawan juga bertugas memberi pembekalan kepada anggota perpustakaan yang baru. Di perpustakaan ini juga terdapat lemari arsip dan dokumentasi sama seperti di perpustakaan-perpustakaan umum lainnya, hanya saja arsip dan dokumentasi yang dimiliki di perpustakaan kodam sangat terbatas. Di perpustakaan ini juga belum ada layanan referensi tetapi di perpustakaan ini sudah memiliki 17 pembagian ilmu.  Menurut keterangan dari bapak mayor Irwandi, fungsi perpustakaan itu adalah sebagai informasi militer/umum, sebagai referensi/rujukan, sebagai tempat hiburan, dan sebagai tempat edukatif. Selain itu, di perpustakaan ini memiliki program pelayanan/pengunjung yaitu: harus  tepat waktu, menjaga kebersihan, kerapian, melayani pengunjung ke perpustakaan tapi ada keterbatasan, berusaha supaya bisa bekerja sama dengan perpustakaan yang lain. Perpustakaan kodam juga membuat program rencana pembangunan seperti: nonfisik yaitu membuat sosialisai tentang sejarah, seluruh provinsi Aceh dan Fisik yaitu pembuatan arsip, rak buku dan ruang referensi.
Kelebihan yang terdapat di perpustakaan kodam ialah tempatnya strategis  sehingga mudah di jangkau, nyaman, aman, dan juga pustakawannya ramah. Kekurangan dari perpustakaan ini adalah kurangnya personil atau anggota di dalam perpustakaan, fasilitas masih terbatas, dan tidak memiliki arsip/ dokumentasi.
Upaya yang dilakukan untuk membuat perpustakaan ini maju  ialah melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum tentang pentingnya perpustakaan bagi pengguna di setiap staf anggota atau di sekolahkan/khursus, jika anggaranya kurang  biasa disumbangkan melalui hibah, menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain. Dan harapan kedepannya mensosialisasikan kepada yang lain. Tetapi tidak mudah, dikarenakan mereka juga mempunyai tantangan dalam melakukan kegiatan tersebut karena jadwal yang bentrok dengan jadwal kemiliteran dan mereka bukan latar belakang seorang pustakawan tetapi TNI. (Banda Aceh)